Tragedi Banjir di Bekasi, Bukan Sekadar Siklus 5 Tahunan
Banjir besar kembali melanda Bekasi setelah hujan deras mengguyur wilayah Jabodetabek sejak Senin malam. Ribuan warga terdampak akibat luapan air yang merendam rumah-rumah mereka hingga ketinggian ekstrem. Peristiwa ini menjadi tragedi tersendiri bagi masyarakat, mengingat bahwa banjir parah kerap terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Sejumlah perumahan yang sudah menjadi langganan banjir kembali terendam, bahkan lebih buruk dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Masyarakat mulai bertanya, apakah banjir ini hanya bagian dari siklus lima tahunan atau ada faktor lain yang memperparah situasi? Sejumlah pakar menyebut bahwa meskipun faktor cuaca dan siklus iklim turut berperan, namun ada persoalan mendasar yang menyebabkan banjir di Bekasi semakin parah. Kerusakan lingkungan, perubahan tata ruang, serta sistem drainase yang kurang optimal menjadi faktor utama dalam musibah ini.

Kawasan Paling Parah Terdampak
Beberapa kawasan yang terdampak paling parah di antaranya Perumahan Kemang IFI dan Pondok Gede Permai (PGP). Di Kemang IFI, ketinggian air mencapai 3,5 meter, membuat rumah-rumah nyaris tenggelam. Banyak warga yang terjebak di lantai dua rumah mereka, menunggu bantuan datang. Situasi ini bahkan lebih buruk dibandingkan dengan banjir besar yang terjadi pada tahun 2020.
Banjir juga melumpuhkan sebagian besar aktivitas masyarakat, termasuk sekolah, kantor, dan tempat usaha. Di Perumahan Bekasi Timur Regency 1, Kecamatan Mustika Jaya, ketinggian air berkisar antara 20 hingga 30 cm, sementara di Jatiasih lebih dari 11 RW terdampak dengan ketinggian air di beberapa titik melebihi tiga meter. Kondisi ini membuat warga harus mengungsi ke tempat yang lebih tinggi atau ke posko darurat yang disediakan oleh pemerintah setempat.
Menurut Camat Jatiasih, Ashari, banjir di wilayahnya disebabkan oleh tingginya curah hujan serta limpasan air kiriman dari Bogor. “Pertama di Pondok Gede Permai itu ada tiga sampai empat RW, kemudian di Villa Jatirasa RW 11 dan RW 12, lalu Pondok Mitra Lestari, serta Kemang IFI,” ujar Ashari.
Tragedi Banjir di Bekasi, Bukan Sekadar Siklus 5 Tahunan
Meskipun banyak pihak menyebutkan bahwa banjir ini merupakan bagian dari siklus lima tahunan, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa ada beberapa faktor lain yang turut memperburuk situasi. Berikut adalah beberapa faktor utama penyebab banjir di Bekasi:
- Curah Hujan yang Tinggi Hujan deras yang terjadi dalam waktu lama tentu menjadi faktor utama penyebab banjir. Namun, intensitas hujan yang semakin tinggi dari tahun ke tahun mengindikasikan bahwa perubahan iklim turut berkontribusi dalam kejadian ini.
- Limpasan Air Kiriman dari Bogor Kota Bekasi berada di dataran rendah dan menerima limpasan air dari hulu Sungai Cikeas, Cileungsi, dan Kali Bekasi. Jika debit air di hulu tinggi, maka besar kemungkinan air akan meluap di wilayah hilir, termasuk Bekasi.
- Tata Ruang yang Tidak Terkelola dengan Baik Alih fungsi lahan hijau menjadi perumahan dan kawasan industri membuat daya serap tanah terhadap air hujan berkurang. Pembangunan yang masif tanpa memperhatikan sistem drainase yang baik menyebabkan air tidak bisa mengalir dengan lancar.
- Sistem Drainase yang Buruk Sistem drainase yang tidak terawat dan tidak mampu menampung volume air hujan yang besar menjadi salah satu penyebab utama banjir. Banyak saluran air yang tersumbat oleh sampah, lumpur, dan sedimentasi sehingga tidak mampu menyalurkan air dengan efektif.
- Kurangnya Kesadaran Masyarakat dalam Menjaga Lingkungan Kebiasaan membuang sampah sembarangan ke sungai dan saluran air memperparah kondisi banjir. Sampah yang menumpuk menyebabkan penyumbatan yang akhirnya membuat air meluap ke permukiman warga.
- Penyusutan Kawasan Resapan Air Kawasan hijau yang berfungsi sebagai daerah resapan air semakin berkurang. Banyak rawa-rawa dan daerah resapan yang beralih fungsi menjadi area komersial dan permukiman, sehingga air hujan tidak memiliki tempat untuk meresap ke dalam tanah.
Dampak Banjir terhadap Warga
Banjir yang melanda Bekasi bukan hanya menyebabkan kerusakan rumah dan infrastruktur, tetapi juga berdampak pada kesehatan dan perekonomian warga. Berikut beberapa dampak utama yang dirasakan masyarakat:
- Kerusakan Rumah dan Infrastruktur
Banyak rumah warga yang terendam hingga beberapa meter, menyebabkan kerusakan pada perabotan, peralatan elektronik, serta bagian struktural rumah. - Penyakit Akibat Banjir
Genangan air yang kotor meningkatkan risiko penyebaran penyakit seperti leptospirosis, diare, infeksi kulit, dan demam berdarah. - Gangguan Transportasi dan Aktivitas Ekonomi
Jalanan yang terendam menyebabkan banyak kendaraan tidak bisa beroperasi. Aktivitas ekonomi pun terhambat karena banyak toko dan pasar yang tidak dapat beroperasi secara normal. - Pemindahan Warga ke Pengungsian
Ribuan warga terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman. Beberapa dari mereka harus bertahan dengan fasilitas yang minim di posko darurat.
Upaya Pemerintah dan Solusi Jangka Panjang
BACA JUGA:Pemerintah Bakal Bangun Posko Terpadu Khusus Atasi Banjir
Pemerintah Kota Bekasi dan instansi terkait telah melakukan berbagai langkah untuk menangani banjir ini, antara lain:
- Evakuasi Warga
Tim SAR dan BPBD telah dikerahkan untuk mengevakuasi warga yang terdampak, terutama mereka yang terjebak di rumah-rumah yang terendam. - Penyediaan Posko Pengungsian
Beberapa lokasi telah disiapkan sebagai tempat pengungsian bagi warga yang terdampak banjir. - Perbaikan Drainase dan Normalisasi Sungai
Pemerintah terus melakukan pengerukan dan pembersihan sungai serta saluran air untuk memperlancar aliran air.
Namun, upaya tersebut belum cukup untuk mengatasi banjir secara jangka panjang. Diperlukan solusi yang lebih terintegrasi untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali, di antaranya:
- Peningkatan Kapasitas Drainase
Saluran air dan gorong-gorong harus diperlebar dan diperdalam agar mampu menampung debit air yang besar. - Revitalisasi Kawasan Hijau
Pemerintah perlu mengembalikan fungsi daerah resapan air dengan mengalokasikan lebih banyak ruang terbuka hijau. - Pembangunan Waduk dan Kolam Retensi
Waduk dan kolam retensi dapat membantu menampung air hujan sebelum dialirkan ke sungai dan saluran utama. - Edukasi Masyarakat tentang Pengelolaan Sampah
Kampanye dan program edukasi harus terus digalakkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan. - Peningkatan Koordinasi Antarwilayah
Pemerintah daerah perlu berkoordinasi dengan wilayah hulu seperti Bogor untuk mengelola tata air secara lebih efektif.
Kesimpulan
Banjir di Bekasi bukan sekadar siklus lima tahunan, tetapi masalah kompleks yang memerlukan solusi komprehensif. Jika tidak ditangani dengan baik, bukan tidak mungkin kejadian ini akan terus berulang dengan dampak yang semakin parah. Langkah cepat dan tepat dari pemerintah serta kesadaran masyarakat sangat dibutuhkan untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan bebas dari bencana banjir di masa depan.