Tak Dapat Bantuan Pemerintah, Warga Kampung Baru Depok Perbaiki Jalan Secara Swadaya
Di tengah sorotan terhadap berbagai proyek infrastruktur berskala besar di kota-kota besar, cerita berbeda justru datang dari sebuah sudut kecil di Depok. Di Kampung Baru, sekelompok warga membuktikan bahwa solidaritas dan kepedulian sosial masih hidup. Mereka memutuskan untuk turun langsung memperbaiki jalan rusak di lingkungan mereka secara swadaya, setelah berkali-kali permintaan bantuan kepada pemerintah tak kunjung membuahkan hasil.
Aksi ini bukan hanya sekadar perbaikan jalan. Ia mencerminkan semangat gotong royong yang nyaris terlupakan, sekaligus menjadi cermin dari realitas bahwa tidak semua warga menikmati pemerataan pembangunan.

Tak Dapat Bantuan Pemerintah, Warga Kampung Baru Depok Perbaiki Jalan Secara Swadaya
Jalan lingkungan yang rusak sudah menjadi pemandangan sehari-hari bagi warga Kampung Baru. Berlubang, penuh genangan air saat hujan, dan menimbulkan debu tebal saat kering. Kerusakan ini tidak hanya mengganggu aktivitas sehari-hari seperti berangkat kerja atau sekolah, tapi juga membahayakan keselamatan. Beberapa warga bahkan sempat terjatuh akibat lubang tak terlihat saat malam hari.
Kerusakan jalan tersebut sudah berlangsung bertahun-tahun. Berbagai upaya telah dilakukan oleh warga untuk menyampaikan aspirasi ke tingkat RT, RW, kelurahan, hingga kecamatan. Namun, hasilnya nihil. Usulan perbaikan tak kunjung direalisasikan, dan nama jalan mereka pun tidak pernah muncul dalam daftar proyek pembangunan tahunan kota.
Dari Kekecewaan Muncul Inisiatif
Kondisi ini akhirnya memunculkan inisiatif dari sejumlah tokoh masyarakat setempat. Alih-alih terus mengeluh, mereka menggalang dana secara mandiri dari warga sekitar. Mulai dari iuran RT, donasi individu, hingga patungan usaha warung kecil di kampung tersebut, semua ikut ambil bagian.
Dalam waktu kurang dari sebulan, warga berhasil mengumpulkan dana sekitar Rp 15 juta. Uang tersebut digunakan untuk membeli material seperti semen, batu split, dan pasir. Tidak hanya itu, warga juga menyumbangkan tenaga secara sukarela untuk membantu proses pengecoran jalan.
Bambang, salah satu penggerak aksi swadaya ini, mengatakan bahwa yang mereka lakukan murni demi kenyamanan dan keselamatan bersama.
“Kita sudah capek nungguin janji-janji. Jadi daripada terus-terusan kesal, lebih baik kita bergerak sendiri,” ujarnya.
Gotong Royong: Kembali ke Akar Budaya Bangsa
Pemandangan puluhan warga bekerja bahu-membahu di akhir pekan mengingatkan kita pada semangat gotong royong yang menjadi identitas bangsa Indonesia. Laki-laki, perempuan, tua maupun muda, semua ikut andil. Ada yang mengaduk semen, ada yang membawa air, ada pula yang memasak makanan untuk para pekerja.
Kebersamaan seperti ini jarang terlihat di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota modern. Warga Kampung Baru, dengan segala keterbatasannya, justru memberi contoh bahwa kebersamaan dan kepedulian sosial masih sangat mungkin dilakukan, bahkan di masa kini.
Pemerintah: Lalai atau Kewalahan?
Pertanyaan besar pun muncul: mengapa pemerintah tidak turun tangan?
Pihak kelurahan berdalih bahwa keterbatasan anggaran dan banyaknya permintaan serupa membuat pihaknya harus membuat skala prioritas. Sayangnya, Kampung Baru selalu tertinggal dari sisi perencanaan pembangunan karena berada di zona “tidak strategis” dan jarang menjadi pusat perhatian.
Hal ini mengundang kritik dari berbagai pihak. Akademisi dan aktivis masyarakat menyayangkan tidak adanya keberpihakan terhadap wilayah-wilayah pinggiran kota yang juga merupakan bagian dari sistem kota secara keseluruhan.
“Kebijakan publik seharusnya tidak hanya fokus pada pembangunan fisik berskala besar, tapi juga memperhatikan kebutuhan dasar warga seperti jalan lingkungan,” ujar Dr. Yuniar, dosen ilmu kebijakan publik di salah satu universitas di Jakarta.
Baca juga:Menjaga Ketahanan Pangan Nasional Saat Impor dari AS Mengintai
Viral di Media Sosial
Aksi warga Kampung Baru memperbaiki jalan sendiri sempat viral di media sosial. Video warga yang bergotong royong di bawah terik matahari, disertai narasi perjuangan mereka, banyak dibagikan dan menuai komentar positif dari netizen.
Banyak yang mengapresiasi keteguhan warga, namun tidak sedikit pula yang menyayangkan lambannya respon pemerintah daerah.
“Salut buat warga Kampung Baru. Tapi sedih juga, masa di negara sebesar Indonesia, rakyat harus perbaiki jalan sendiri?” tulis salah satu netizen di Twitter.
Respons viral ini akhirnya membuat pemerintah kota Depok memberikan perhatian. Beberapa hari setelah berita ini mencuat, Dinas Pekerjaan Umum setempat mengunjungi lokasi dan menyatakan akan membantu memperkuat konstruksi jalan serta mempertimbangkan Kampung Baru dalam program pengaspalan tahun berikutnya.
Refleksi: Ketika Rakyat Menjadi Solusi
Kisah warga Kampung Baru menunjukkan bahwa kekuatan masyarakat tidak boleh diremehkan. Di tengah keterbatasan, mereka mampu menciptakan solusi. Namun, kondisi ini juga menyisakan pertanyaan besar tentang ke mana arah kebijakan publik jika warganya harus turun tangan sendiri untuk hak-hak dasar seperti infrastruktur jalan.
Apakah ini tanda bahwa birokrasi sudah terlalu lamban? Atau justru bukti bahwa sistem perencanaan pembangunan tidak menyentuh akar persoalan di lapangan?
Dalam konteks yang lebih luas, tindakan swadaya semacam ini bisa menjadi inspirasi sekaligus kritik terhadap sistem yang ada. Pemerintah perlu belajar dari warga—tentang efisiensi, kepedulian, dan kecepatan dalam bertindak.
Harapan Warga
Meski kini jalanan mereka mulai membaik, warga Kampung Baru tetap menyimpan harapan besar agar kejadian ini tidak terulang. Mereka tidak ingin selalu menjadi “penonton” pembangunan yang hanya mampir di pusat kota atau kompleks perumahan elite.
“Kami tidak menuntut jalan tol, kami cuma minta jalan lingkungan yang layak. Itu saja,” kata Siti, ibu rumah tangga yang ikut menyumbangkan tenaganya saat pengecoran jalan.
Harapan lainnya, semoga pemerintah bisa lebih aktif melakukan pemetaan kebutuhan dan membuka ruang komunikasi yang lebih intensif dengan masyarakat di tingkat bawah. Dengan begitu, pembangunan bisa dirasakan lebih merata dan adil.
Kesimpulan
Cerita dari Kampung Baru adalah potret nyata dari perjuangan rakyat kecil di tengah ketimpangan pembangunan. Mereka mungkin tidak memiliki akses langsung ke kekuasaan atau anggaran besar, tapi mereka punya kekuatan yang tak kalah penting: semangat kolektif, kepedulian sosial, dan keberanian untuk bertindak.
Aksi swadaya ini tidak hanya menyelesaikan masalah infrastruktur, tapi juga mengingatkan kita semua bahwa rakyat tidak boleh terus-menerus menjadi korban kebijakan yang lamban. Pemerintah harus hadir, mendengar, dan bertindak, bukan hanya saat viral, tapi sejak awal—sebelum rakyat harus mengambil alih tugas-tugas negara.