Indonesia Buktikan Ambisi Iklim dan Pembangunan Ekonomi Bisa Sejalan
Indonesia telah menunjukkan komitmen yang kuat dalam menghadapi krisis iklim global. Sebagai negara kepulauan dengan
kekayaan sumber daya alam, Indonesia berada di garis depan dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Pemerintah secara aktif mengambil
langkah-langkah untuk menyeimbangkan kepentingan perlindungan lingkungan dan pembangunan ekonomi.
Salah satu upaya penting adalah melalui target penurunan emisi karbon sebesar 31,89 persen secara mandiri dan
hingga 43,20 persen dengan bantuan internasional pada 2030, sesuai dengan dokumen Enhanced Nationally Determined Contributions (ENDC).
Indonesia Buktikan Ambisi Iklim dan Pembangunan Ekonomi Bisa Sejalan
Dulu, pertumbuhan ekonomi kerap diasosiasikan dengan eksploitasi sumber daya alam tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan.
Namun, Indonesia membuktikan bahwa paradigma itu sudah bergeser. Pembangunan ekonomi kini diarahkan pada prinsip berkelanjutan, dengan fokus pada energi hijau, teknologi bersih, dan pelestarian ekosistem.
Pendekatan ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi bisa dicapai tanpa merusak lingkungan, bahkan justru sebaliknya—menjadikan pelestarian sebagai bagian dari strategi ekonomi.
Investasi Hijau dan Energi Terbarukan
Indonesia mendorong masuknya investasi di sektor energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan hidro.
Pemerintah telah menetapkan target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025.
Berbagai proyek strategis seperti pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung
Cirata di Jawa Barat menjadi bukti nyata arah kebijakan ini. Selain itu, kolaborasi dengan mitra global seperti
Just Energy Transition Partnership (JETP) menegaskan bahwa transisi energi dilakukan secara bertanggung jawab dan inklusif.
Upaya Konservasi dan Restorasi Lingkungan
Selain transisi energi, Indonesia juga menempatkan konservasi alam sebagai prioritas. Program restorasi gambut, rehabilitasi hutan
dan perlindungan kawasan mangrove menjadi tulang punggung dalam pengurangan emisi dari sektor lahan. Indonesia memiliki
ambisi menjadikan diri sebagai pemimpin dalam ekonomi karbon melalui pasar karbon domestik, yang resmi diluncurkan pada 2023 dan terus dikembangkan.
Peran Sektor Swasta dan Masyarakat
Keberhasilan ambisi iklim Indonesia tidak hanya bertumpu pada kebijakan pemerintah, tetapi juga pada partisipasi aktif sektor swasta
dan masyarakat. Banyak perusahaan mulai menerapkan prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance) dalam operasional mereka.
Di sisi lain, kesadaran masyarakat terhadap isu lingkungan semakin meningkat. Kampanye pengurangan plastik sekali pakai, pengelolaan sampah, dan urban farming menjadi gerakan yang terus tumbuh di berbagai kota.
Tantangan yang Masih Dihadapi
Meskipun menunjukkan perkembangan signifikan, Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan.
Ketergantungan terhadap batubara sebagai sumber energi, kebutuhan infrastruktur hijau yang besar, serta
kesenjangan teknologi dan pendanaan menjadi hambatan yang harus ditangani Oleh karena itu
kolaborasi lintas sektor, dukungan internasional, dan inovasi kebijakan menjadi kunci untuk menjaga kesinambungan antara pembangunan dan aksi iklim.
Masa Depan Indonesia yang Hijau dan Berdaya Saing
Langkah Indonesia dalam menjembatani ambisi iklim dan pertumbuhan ekonomi menjadi contoh inspiratif bagi negara berkembang lainnya.
Dengan pendekatan yang inklusif dan berkelanjutan, Indonesia tidak hanya menjaga kelestarian lingkungan tetapi juga menciptakan
lapangan kerja hijau, meningkatkan daya saing industri, dan membuka peluang ekspor berbasis energi bersih.
Visi Indonesia Emas 2045 dapat terwujud dengan mengintegrasikan kepentingan ekonomi dan keberlanjutan dalam satu arah pembangunan nasional.
Baca juga:Tujuh Catatan Timwas DPR Untuk Penyelenggaraan Haji 2025