Kala Pemerintah Didemo Mahasiswa, Makan Bergizi Gratis dan Efisiensi Anggaran Jadi Sasaran Kritik
Kala Pemerintah Didemo Mahasiswa, Makan Bergizi Gratis dan Efisiensi Anggaran Jadi Sasaran Kritik
Pada Senin, 17 Februari 2025, ribuan mahasiswa yang tergabung dalam aksi “Indonesia Gelap” menggelar demonstrasi di depan Patung Kuda, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat.
Aksi yang dimulai sejak pukul 15.00 WIB dan berakhir pada 20.25 WIB ini dipenuhi dengan kritikan pedas terhadap kebijakan pemerintah, khususnya terkait dengan efisiensi anggaran serta Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto.
Demonstrasi ini mencerminkan kegelisahan mahasiswa terhadap kebijakan ekonomi dan sosial pemerintah, yang dinilai tidak sepenuhnya berpihak kepada rakyat. Berbagai spanduk dan poster protes mewarnai aksi, salah satunya bertuliskan “Prabowo Puas, Kami Lemas” yang menunjukkan kekecewaan terhadap alokasi anggaran negara.

Salah satu aspek yang menjadi sorotan utama adalah Program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang menuai kontroversi meskipun baru berjalan selama sebulan lebih.
Kala Pemerintah Didemo Mahasiswa, Makan Bergizi Gratis dan Efisiensi Anggaran Jadi Sasaran Kritik
Program MBG adalah salah satu kebijakan unggulan Presiden Prabowo Subianto, yang bertujuan untuk mengurangi angka stunting dan meningkatkan kualitas gizi anak-anak sekolah di Indonesia.
Namun, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) Iqbal Cheisa Wiguna menilai bahwa implementasi program MBG masih bermasalah dan tidak berjalan sesuai harapan.
“Kita melihat bahwa dalam perjalanannya (program MBG), banyak hal-hal yang kurang tepat. Misal, terkait dengan target sasarannya masih kurang tepat,” ujar Iqbal dalam konferensi pers di Lapangan FISIP UI, Senin (17/2/2025).
Menurutnya, program ini seharusnya menyasar anak-anak dengan risiko stunting tertinggi, tetapi dalam praktiknya masih ditemukan ketidaktepatan distribusi dan pelaksanaan di lapangan.
Lebih lanjut, mahasiswa juga menyoroti kasus-kasus keracunan makanan yang diduga berasal dari makanan yang disediakan dalam program MBG.
“Ada juga kasus-kasus terkait dengan keracunan yang ada pada makanan gizi gratis,” kata Iqbal.
Kasus keracunan ini menjadi sorotan publik, mengingat program MBG seharusnya memberikan makanan bergizi yang sehat dan aman bagi anak-anak sekolah.
Mahasiswa juga mempertanyakan apakah dapur umum dan penyedia makanan telah memenuhi standar keamanan pangan yang ketat sebelum mendistribusikan makanan ke sekolah-sekolah.
Efisiensi Anggaran dan Kritik terhadap Prioritas Kebijakan
Selain mengkritik pelaksanaan program MBG, mahasiswa juga mempertanyakan efisiensi anggaran negara, terutama dalam alokasi dana untuk program sosial dan pembangunan infrastruktur.
Mereka menilai bahwa pemerintah terlalu fokus pada proyek-proyek besar, sementara kebutuhan dasar masyarakat seperti pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan rakyat masih terabaikan.
Salah satu kritik utama yang muncul dalam aksi “Indonesia Gelap” adalah ketidakjelasan transparansi anggaran yang digunakan dalam program MBG.
Beberapa pertanyaan yang diajukan mahasiswa meliputi:
- Berapa besar anggaran yang dialokasikan untuk program MBG?
- Apakah ada mekanisme audit dan pengawasan ketat terhadap penggunaan dana?
- Bagaimana skema distribusi anggaran agar benar-benar sampai ke sasaran yang membutuhkan?
Mahasiswa menuntut pemerintah lebih transparan dalam penggunaan anggaran negara dan memastikan bahwa setiap rupiah yang digunakan benar-benar memberikan dampak nyata bagi masyarakat.
Poster dan Yel-Yel Nyeleneh: Ekspresi Kritik Mahasiswa
Aksi demonstrasi di Patung Kuda ini juga diwarnai dengan berbagai poster dan spanduk nyeleneh yang menjadi
bentuk ekspresi mahasiswa dalam menyampaikan kritik terhadap kebijakan pemerintah.
Salah satu spanduk yang menarik perhatian bertuliskan “Prabowo Puas, Kami Lemas”, yang menggambarkan
ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai lebih menguntungkan pihak tertentu dibanding rakyat kecil.
Selain itu, beberapa mahasiswa juga membawa replika piring kosong, sebagai simbol bahwa makanan bergizi gratis
yang dijanjikan pemerintah belum benar-benar dirasakan oleh seluruh masyarakat.
Dari mobil komando, orator aksi terus menyuarakan tuntutan dengan nada keras, menyerukan
bahwa pemerintah harus lebih peka terhadap kondisi masyarakat dan tidak hanya berfokus pada proyek-proyek populis.
Respons Pemerintah terhadap Demonstrasi
Menanggapi aksi demonstrasi ini, beberapa pejabat pemerintahan memberikan pernyataan bahwa
BACA JUGA :Pemerintah Berencana Naikkan BPJS Kesehatan Tahun 2026
pemerintah tetap berkomitmen menjalankan program MBG dan siap melakukan evaluasi serta perbaikan jika ditemukan kekurangan di lapangan.
Salah satu perwakilan dari Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menyatakan bahwa pemerintah akan melakukan investigasi terhadap laporan keracunan makanan, serta meningkatkan pengawasan dalam distribusi program MBG.
“Kami sangat serius dalam memastikan bahwa makanan yang diberikan kepada anak-anak adalah makanan yang sehat dan aman. Jika ada temuan terkait standar keamanan pangan, akan segera dilakukan evaluasi menyeluruh,” ujar salah satu pejabat Kemenko PMK dalam konferensi pers.
Di sisi lain, beberapa pejabat juga menilai bahwa demonstrasi mahasiswa merupakan bagian
dari demokrasi yang sehat, namun mengingatkan agar kritik yang disampaikan tetap berbasis data dan fakta yang valid.
Apakah Program MBG akan Berlanjut atau Dihentikan?
Terlepas dari kritik yang muncul, pemerintah masih berkomitmen untuk melanjutkan program MBG, dengan
target jangka panjang mencakup 6 juta anak sekolah pada Juli 2025.
Namun, untuk memastikan bahwa program ini benar-benar efektif, ada beberapa langkah yang bisa diambil oleh pemerintah:
- Meningkatkan transparansi anggaran dan publikasi laporan penggunaan dana MBG
- Memperketat pengawasan keamanan pangan untuk mencegah kasus keracunan makanan
- Melakukan evaluasi berkala terhadap efektivitas program dan cakupan sasaran
- Melibatkan lebih banyak ahli gizi dan pakar pendidikan dalam perencanaan MBG
- Mendengarkan kritik dan masukan dari masyarakat serta organisasi mahasiswa
Demonstrasi mahasiswa bertajuk “Indonesia Gelap” menjadi pengingat bagi pemerintah bahwa
kebijakan sosial seperti Program Makan Bergizi Gratis (MBG) harus dievaluasi dengan cermat.
Meskipun program ini memiliki niat baik untuk mengatasi stunting dan meningkatkan kualitas pendidikan, realisasi
di lapangan masih menghadapi berbagai tantangan, mulai dari ketidaktepatan sasaran, dugaan kasus keracunan makanan, hingga transparansi anggaran yang dipertanyakan.
Mahasiswa menuntut pemerintah lebih transparan dan bertanggung jawab dalam penggunaan
anggaran, serta memastikan bahwa kebijakan yang dibuat benar-benar memberikan manfaat bagi rakyat kecil.
Kini, bola ada di tangan pemerintah: Akankah kritik ini menjadi bahan refleksi dan perbaikan kebijakan? Ataukah justru dianggap sebagai tekanan politik semata?
Semua mata kini tertuju pada langkah selanjutnya yang akan diambil oleh pemerintah dalam merespons gelombang protes ini