Aktivitas Bisnis Tertekan, Pertumbuhan Kredit Modal Kerja Melambat
Memasuki kuartal pertama tahun 2025 , perekonomian nasional melawan tantangan baru. Data terkini dari Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa pertumbuhan kredit modal kerja — salah satu indikator penting aktivitas bisnis — mengalami perlambatan yang cukup signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Fenomena ini menandakan adanya tekanan terhadap dunia usaha, baik dari sisi permintaan maupun produksi, yang kemudian berdampak pada kebutuhan pembiayaan.
Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku industri, regulator, dan analis keuangan, kredit mengingat modal kerja berperan penting dalam menjaga likuiditas bisnis, memperlancar rantai produksi, serta mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Data Terbaru Pertumbuhan Kredit Modal Kerja
game gacor Menurut laporan statistik perbankan yang dirilis OJK pada April 2025, pertumbuhan kredit modal kerja secara tahunan (year-on-year) hanya mencapai 4,8% , jauh lebih lambat dibandingkan pertumbuhan 7,3% yang tercatat pada periode yang sama di tahun 2024.
Beberapa sektor yang mengalami penurunan signifikan dalam permintaan kredit modal kerja antara lain:
-
Sektor manufaktur (khususnya tekstil, alas kaki, dan elektronik ringan)
-
Sektor perdagangan besar dan eceran
-
Sektor konstruksi
-
Sektor pertanian dan perikanan
Sementara itu, beberapa sektor seperti pertambangan dan layanan kesehatan masih menunjukkan pertumbuhan positif, meski kontribusinya terhadap total kredit relatif kecil.
Faktor Penyebab Perlambatan
Ada beberapa faktor utama yang menyebabkan aktivitas bisnis tertekan sehingga pertumbuhan modal kerja kredit melambat:
1. Permohonan Domestik yang Lemah
Melemahnya konsumsi rumah tangga akibat kenaikan harga pangan, energi, dan suku bunga konsumsi kredit menyebabkan permintaan domestik menurun. Hal ini membuat banyak pelaku usaha menahan ekspansi produksi dan mengurangi kebutuhan modal kerja tambahan.
2. Ketidakpastian Global
Ketegangan geopolitik, fluktuasi harga komoditas, dan prospek perlambatan ekonomi global membuat pengusaha lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan bisnis, termasuk dalam mengambil pinjaman untuk modal kerja.
3. Suku Bunga Kredit yang Tinggi
Meskipun Bank Indonesia telah mempertahankan acuan suku bunganya sejak akhir tahun 2024, rata-rata suku bunga kredit perbankan masih berada pada level yang cukup tinggi. Biaya pinjaman yang mahal membuat perusahaan kecil dan menengah (UMKM) enggan mengambil kredit baru.
4. Penyesuaian Rantai Pasok
Banyak sektor industri sedang melakukan penyesuaian rantai pasok dan produksi mereka, baik untuk menyesuaikan dengan tren digitalisasi maupun untuk memperbaiki efisiensi. Proses ini memerlukan waktu dan dalam jangka pendek mengurangi permintaan modal kerja.
Dampak terhadap Sektor Usaha
Perlambatan pertumbuhan modal kerja berdampak berbeda terhadap berbagai sektor usaha:
-
Sektor manufaktur mengalami tertundanya proyek ekspansi dan pembelian bahan baku dalam jumlah besar.
-
Sektor perdagangan menghadapi penurunan omset, terutama di tingkat grosir dan e-commerce.
-
Sektor konstruksi mengalami keterlambatan pembayaran proyek dan lambannya pelaksanaan proyek baru.
-
UMKM paling terdampak karena keterbatasan akses ke sumber pendanaan alternatif selain bank.
Selain itu, sektor keuangan juga terdampak karena pertumbuhan kredit menjadi salah satu sumber utama pendapatan bank melalui bunga kredit.
Baca juga : Tak Dapat Bantuan Pemerintah, Warga Kampung Baru Depok Perbaiki Jalan
Upaya Bank dan Regulator Menyiasati Perlambatan
Menghadapi situasi ini, perbankan nasional dan regulator mengambil beberapa langkah untuk mendorong kembali pertumbuhan modal kerja:
1. Pelonggaran Persyaratan Kredit
Beberapa bank mulai memperlonggar persyaratan agunan dan mempercepat proses persetujuan kredit untuk sektor-sektor prioritas seperti strategi pertanian, kesehatan, dan manufaktur.
2. Penyesuaian Produk Pembiayaan
Bank juga meluncurkan produk pembiayaan modal kerja berbasis digital dengan proses lebih cepat dan bunga lebih kompetitif untuk segmen UMKM dan startup.
3. Program Penjaminan Pemerintah
Pemerintah melalui PT Jamkrindo dan Askrindo memperpanjang program penjaminan modal kerja kredit untuk UMKM yang terdampak perlambatan ekonomi.
4. Insentif Bunga untuk Sektor Prioritas
Beberapa skema insentif bunga kredit, khususnya untuk sektor energi terbarukan, pangan, dan industri ekspor, diperkenalkan untuk mendorong permintaan pembiayaan.
Prospek Pemulihan Kredit Modal Kerja
Meskipun saat ini pertumbuhan modal kerja kredit melambat, ada beberapa faktor yang berpotensi mendorong pemulihan dalam beberapa kuartal ke depan:
-
Penurunan suku bunga global yang diantisipasi pada paruh kedua 2025 bisa mendorong biaya pinjaman menjadi lebih murah.
-
Stabilisasi harga komoditas dapat meningkatkan pendapatan sektor pertanian dan pertambangan, sehingga permintaan kredit ikut meningkat.
-
Peningkatan belanja pemerintah melalui proyek infrastruktur baru pasca pemilu nasional diharapkan dapat mendorong aktivitas sektor konstruksi dan manufaktur.
-
Pertumbuhan ekonomi digital membuka peluang baru untuk modal kerja kredit berbasis ekosistem digital seperti pembiayaan logistik, fintech lending, dan e-commerce.
Namun, keberhasilan pemulihan sangat bergantung pada kestabilan faktor eksternal dan kecepatan penyesuaian sektor bisnis terhadap dinamika baru.
Pendapat Ekonom Terkait Tren Ini
Sejumlah ekonom nasional menilai bahwa perlambatan pertumbuhan modal kerja kredit adalah sinyal yang harus diperhatikan, tetapi belum sepenuhnya diabaikan.
Menurut Dr. Febrio Kacaribu , Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, perlambatan ini mencerminkan fase normalisasi bisnis pascapandemi.
“Pelaku usaha kini lebih fokus dalam mengambil kredit, bukan karena hilangnya potensi ekonomi, melainkan karena mereka lebih berhati-hati dalam menyusun strategi bisnis jangka panjang,” ujarnya.
Sementara itu, ekonom dari LPEM UI, Teuku Riefky , mengingatkan bahwa stimulus fiskal dan moneter yang tepat diperlukan untuk memastikan agar permintaan kredit dan pertumbuhan ekonomi kembali menguat pada paruh kedua tahun 2025.
Penutup: Membaca Arah Bisnis ke Depan
Melambatnya pertumbuhan modal kerja kredit di awal tahun 2025 adalah cerminan tekanan yang sedang dihadapi dunia usaha dalam kondisi ekonomi global yang penuh dengan ancaman. Namun, perlambatan ini bukanlah akhir dari optimisme. Dengan berbagai langkah antisipatif dari pemerintah, regulator, dan sektor perbankan, serta didukung pemulihan kondisi eksternal, terdapat peluang nyata untuk melihat pertumbuhan kredit yang lebih sehat dalam waktu dekat.
Bagi dunia usaha, kunci untuk melewati masa-masa penuh tantangan ini adalah adaptasi cepat, inovasi dalam model bisnis, dan pengelolaan keuangan yang lebih hati-hati. Sementara itu, bagi perbankan dunia, memperkuat kolaborasi dengan sektor riil menjadi jalan untuk menjaga pertumbuhan berkelanjutan di tengah dinamika yang terus berubah.