Tanggal Idul Adha 2025 Bikin Bingung? Ini Versi Resmi Pemerintah & Muhammadiyah!
Menjelang Hari Raya Idul Adha 1446 Hijriah yang jatuh pada tahun 2025, masyarakat Indonesia kembali dihadapkan pada kemungkinan perbedaan penetapan tanggal antara pemerintah dan ormas Islam, khususnya Muhammadiyah. Fenomena ini bukan pertama kali terjadi, dan sudah menjadi bagian dari dinamika penentuan hari besar keagamaan di Indonesia.
Namun, perbedaan ini kerap memicu pertanyaan publik, terutama mereka yang ingin merencanakan kegiatan mudik, berkurban, hingga libur bersama. Lantas, kapan sebenarnya tanggal Idul Adha 2025 menurut pemerintah dan Muhammadiyah? Berikut penjelasan lengkapnya.

Penetapan Tanggal Idul Adha oleh Pemerintah
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Agama (Kemenag), menggunakan metode rukyatul hilal (pengamatan bulan secara langsung) yang dikombinasikan dengan hisab (perhitungan astronomi). Metode ini dilakukan melalui Sidang Isbat (penetapan) yang melibatkan para ahli falak, ormas Islam, dan perwakilan negara sahabat.
Menurut kalender hijriah versi Kemenag (bisa berubah menyesuaikan hasil sidang isbat), Idul Adha 1446 H diperkirakan jatuh pada hari Senin, 6 Oktober 2025. Namun, tanggal ini masih bersifat sementara dan menunggu hasil rukyat pada akhir Dzulqa’dah 1446 H.
Sidang isbat untuk menentukan 1 Dzulhijjah (bulan ke-12 dalam kalender Islam) akan dilaksanakan sekitar tanggal 28 atau 29 September 2025, setelah Maghrib. Jika hilal terlihat, maka Idul Adha akan dirayakan pada hari ke-10 Dzulhijjah, yaitu 6 Oktober 2025.
Versi Muhammadiyah: Penetapan Berdasarkan Hisab Hakiki Wujudul Hilal
Berbeda dengan pemerintah, Muhammadiyah menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal, yaitu metode penetapan awal bulan Islam berdasarkan posisi geometris bulan dan matahari. Jika bulan telah berada di atas ufuk, meski tidak terlihat, maka keesokan harinya sudah masuk bulan baru.
Berdasarkan Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 01/MLM/I.0/E/2025, Idul Adha 1446 H ditetapkan jatuh pada hari Minggu, 5 Oktober 2025.
Dengan demikian, terdapat potensi perbedaan satu hari antara versi Muhammadiyah dan pemerintah. Hal ini sudah sering terjadi dalam beberapa tahun terakhir, termasuk dalam perayaan Idul Fitri dan Idul Adha sebelumnya.
Alasan Perbedaan Penetapan Tanggal
Perbedaan ini sejatinya berakar pada perbedaan metode dalam penetapan kalender Hijriah. Pemerintah tetap mengedepankan visibilitas bulan baru (hilal), sedangkan Muhammadiyah mengandalkan hisab murni.
- Rukyat: Mengharuskan hilal terlihat secara fisik di wilayah Indonesia.
- Hisab Wujudul Hilal: Jika posisi hilal secara matematis sudah di atas ufuk (berapapun derajatnya), maka awal bulan dianggap sudah masuk, meskipun secara kasat mata hilal belum terlihat.
Imbauan Pemerintah: Toleransi dalam Perbedaan
Kementerian Agama secara konsisten menyatakan bahwa perbedaan dalam penentuan hari raya bukanlah hal baru, dan masyarakat diminta untuk tetap menjaga toleransi dan kerukunan. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah juga mendorong penyatuan kalender Hijriah global agar tidak terjadi perbedaan dalam waktu ibadah umat Islam di seluruh dunia.
Namun demikian, hingga saat ini kesepakatan tersebut masih terus digodok oleh para ulama dan organisasi Islam internasional.
Baca juga:Menilik Peluang Investasi SBN di Masa Ketidakpastian Ekonomi
Respon Masyarakat dan Implikasi Sosial
Di tengah masyarakat, perbedaan penetapan Idul Adha biasanya tidak menimbulkan polemik besar. Justru sebagian warga melihatnya sebagai bentuk kekayaan dinamika pemikiran dalam Islam. Namun, bagi mereka yang bekerja di sektor formal, seperti pegawai negeri atau swasta, informasi resmi dari pemerintah menjadi acuan utama dalam menentukan jadwal cuti dan libur nasional.
Begitu pula dengan distribusi hewan kurban. Panitia kurban biasanya menyesuaikan dengan tanggal yang ditetapkan pemerintah, terutama jika dilakukan di instansi pemerintah atau sekolah. Namun, tidak sedikit juga komunitas yang mengikuti jadwal Muhammadiyah dan melakukan penyembelihan sehari lebih awal.
Tips Menyikapi Perbedaan Penetapan Idul Adha
Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan masyarakat dalam menyikapi perbedaan ini:
- Hormati pilihan masing-masing: Baik mengikuti pemerintah maupun ormas, keduanya berdasarkan ilmu dan keyakinan masing-masing.
- Sesuaikan aktivitas sosial: Jika berada di komunitas yang mengikuti Muhammadiyah, tidak masalah untuk berlebaran lebih awal, atau sebaliknya.
- Pastikan informasi resmi: Ikuti perkembangan dari situs resmi Kemenag, ormas Islam, dan lembaga astronomi untuk kepastian tanggal.
- Kompak dalam semangat kurban: Inti dari Idul Adha adalah keikhlasan berkurban, maka jadikan perbedaan ini sebagai pelengkap, bukan pemisah.
Jadwal Libur Nasional Idul Adha 2025
Pemerintah biasanya akan menetapkan libur nasional dan cuti bersama berdasarkan hasil sidang isbat. Jika Idul Adha 2025 jatuh pada Senin, 6 Oktober 2025 (versi pemerintah), maka kemungkinan libur nasional jatuh pada hari tersebut, dengan potensi cuti bersama di hari sebelumnya atau setelahnya.
Namun, penetapan resmi akan dikeluarkan melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri terkait Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2025.
Penutup
Perbedaan penetapan tanggal Idul Adha antara pemerintah dan Muhammadiyah bukanlah hal yang baru, melainkan bagian dari dinamika dan kekayaan pemikiran umat Islam. Baik versi 5 Oktober (Muhammadiyah) maupun 6 Oktober (pemerintah), semangat Idul Adha tetap sama: mengingat pengorbanan Nabi Ibrahim dan memperkuat solidaritas sosial melalui ibadah kurban.
Masyarakat diimbau untuk menyambut hari raya dengan kedamaian, menjaga toleransi, dan fokus pada esensi dari perayaan ini. Karena sejatinya, yang terpenting bukan tanggalnya, tetapi bagaimana umat Muslim menjalankan nilai-nilai pengorbanan, kepedulian, dan keikhlasan dalam kehidupan sehari-hari.